Minggu, 18 Agustus 2013

From The Dream to The Real (PROLOG)

aku menyusuri jalan sepi ini sendiri. Sepi... masih sepi...
Aku tidak menyangka, sekarang aku telah berdiri di dalam sekolah SMPku dulu. Kenapa bisa aku sampai disini? Aku tidak sempat berpikir lagi, tiba - tiba teman-teman kuliahku datang dan menyeretku keluar dari sekolah itu.
"Mau kemana?"
"Lho kan kita mau ke pameran, kok bingung sih?"seru seorang temanku



Aku tidak tahu bagaimana caranya, tiba - tiba sekarang aku sedang bersama Nadya, teman sekamarku. Dan yang paling aku herankan, kami sedang menaiki rakit karena kondisi lingkungan dimana kami berada sedang banjir. Tiba - tiba pacar Nadya, Ganesh ada di sebelahku, dia lebih tampan dari biasanya. Dia menyapaku dan mengobrol santai seperti biasa, bersama aku dan Nadya. Di saat itulah, entah mengapa aku tertarik mengamati gedung Rumah sakit yang tinggi. Gedung ini sangat tinggi untuk sebuah rumahsakit, suasananya cukup suram, sepertinya banyak pasien disana, bahkan di tingkat paling atas pun, terlihat beberapa dokter yang berkeliaran dan disanalah dia berdiri. Pria yang pernah (kata temannya sih) menyukaiku, dia sepertinya merupakan salah satu dokter disana. Tiba - tiba aku berusaha menyembunyikan tubuhku dibalik Nadya, aku benar - benar bingung, tubuh ini benar - benar hilang kendali, aku melakukan hal yang tidak biasa aku lakukan. Tapi terlambat, meski aku mencoba sembunyi, dia melihatku. Dia bahkan langsung membidikkan kameranya ke arahku.

Masih bingung, aku tidak tahu kenapa aku gemetaran setelah melihat pria itu. Aku duduk lemas di tepi jalan yang sepi tidak jauh dari rumah sakit itu. Banjir? Aku tidak tahu hilang kemana. Masih ditemani Nadya dan Ganesh dan dia masih menatapku dari tempatnya berdiri, tidak berpindah sejengkal pun. Aku berusaha mengabaikannya, aku bergurau dengan Ganesh. Ganesh semakin menyenangkan saja sekarang, bahkan aku sempat membelai rambutnya yang halus. Tiba-tiba,
"Hai"
pria itu,aku tidak berani berbalik dan menatapnya
"Maaf, permisi"
aku masih diam tak bergerak, tidak mau menyapanya, tapi Ganesh...
"iya, ada perlu dengan kami?"
"aku ingin mengenalnya lebih dekat."

Seperti harry potter yang bisa berdisaperate, seperti jin yang bisa muncul tiba - tiba, secepat itu aku tiba di rumahnya, pria yang kata temannya sih menyukaiku. Aku masih bercanda dengan Ganesh meski pria itu di sampingku dan........ Nadya menatapku.
Nadya masih menatapku tak suka
"Maaf, aku lupa diri. Ganesh milikmu, tak seharusnya aku terlalu dekat dengannya ya.." ucapku malu
tatapan Nadya melunak, bahkan dia tersenyum
"Baiklah, sepertinya ada yang ingin dia bicarakan padamu." seru Nadya sambil mengedikkan kepalanya ke arah pria itu.

Kini, hanya kami berdua di rumah yang cukup besar ini, kami sama - sama diam. Aku tak mampu berkata apapun lagi. Sepertinya suaraku telah terbawa bersama Nadya dan Ganesh.
"Aku sangat bersyukur, akhirnya mendapat kesempatan untuk bertemu denganmu, bahkan sekarang kita hanya berdua, aku benar - benar senang." itu kalimat pertama pria itu padaku.
Aku diam, dan akan terus diam.
"Meski kau diam, aku tetap merasa nyaman di dekatmu. Sepertinya aku tidak ingin melepasmu."
Aku masih diam, dan akhirnya pria itu diam. Kami sama - sama diam.
Tangan pria itu mulai bergerak, aku takut. Dia membelai rambutku. Lembut...
Kenapa aku tidak mengelak? kenapa aku membiarkannya melakukan hal - hal seperti ini? aku tidak begitu mengenalnya, bahkan menyapanya belum pernah kulakukan...jika aku masih normal sekarang, seharusnya aku akan mengelak dan menjauh darinya, pergi meninggalkannya begitu saja, aku akan menganggapnya kurang ajar karena telah menyentuh (meski hanya sekedar rambut) tanpa permisi. Tspi sekarang aku tidak melakukannya, entah kenapa aku merasa mempercayainya dan aku begitu nyaman di dekatnya.

***

Kriiing....kriiiing
Bunyi alarm yang keras membuat Anna langsung terbangun dalam posisi duduk, atau bukan karena alarm, dia tampak begitu terkejut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar